Identitas Buku
Pengarang : Merari Siregar
Bentuk : Novel
Penerbit : Balai Pustaka
Tebal : 164 Halaman
Ringkasan Cerita
Di sebuah kampong (Sipirok, Medan) hiduplah dua pasang remaja yaitu Mariamin dan Aminuddin. Sejak dari kecil mereka berdua sudah bersahabat karib. Mariamin adalah seorang anak gadis yang cantik, baik hati dan juga penyabar. Ia merupakan anak dari pasangan suami istri yang kaya raya di Sipirok itu, yakni Sutan Baringin dan istrinya Nuria.
Sedangkan Aminuddin adalah seorang anak dari keluaarga yang juga berkecukupan di sebuah kampong, yaitu kampong A namanya. Ayahnya adalah seorang yang sangat dihormati di kampong tersebut, karena Ayahnya adalah seorang kepala desa yang mempunyai sawah yang lebar dan memiliki banyak hewan ternak.
Aminuddin dan Mariamin setiap pulang dari sekolah selalu bersama-sama dan begitu pula perginya. Mereka sering membantu orang tua mereka di sawah, dan tak jarang pula Aminuddin membantu sahabat karibnya ini merumput padi di sawahnya.
Ketika pada suatu hari, Aminuddin dan Mariamin pulang dari sawah pada waktu hari sudah senja dan cuaca sedang buruk, hujanpun turun dengan lebatnya membasahi dua orang sahabat ini. Ketika mereka akan menyeberangi jembatan di atas sebuah sungai, tiba-tiba Mariamin terjatuh dan diseret oleh arus sungai yang deras karena banjir. Melihat temannya terjatuh, Aminuddin tanpa pikir panjang langsung terjun ke sungai untuk menyelamatkan Mariamin. Setelah lama mencari, barulah dia melihat tubuh Mariamin yang disinari oleh kilat. Ia pun langsung berenang ke sana dan menyelamatkan Mariamin lalu membawanya ke sebuah pondok. Sementara ia mencari bantuan ke kampungnya yang tidak jauh dari tempat itu. Semenjak itulah hubungan kedua sahabat baik ini menjadi semakin dekat dan tanpa disadari muncullah benih-benih cinta di antara mereka.
Sutan Baringin adalah seorang yang tamak dan rakus akan harta benda. Suatu saat ia mendapat kabar, bahwa saudara jauhnya (satu datuk lain nenek) yaitu Baginda Mulia akan kembali dari perantauannya (Deli). Dalam pikirnya, saudaranya ini pulang untuk mengambil bagian harta warisan miliknya. Karena sifatnya yang rakus dan tamak itu, ia pun mencari akal agar Baginda Mulia tidak mendapatkan bagian warisan tersebut. Bahkan ia sampai membawa perkara tersebut sampai ke pengadilan. Hal itu dikarenakan ia telah termakan hasutan dan bujuk rayu temannya sendiri M. Sait yang hanya ingin memanfaatkannya saja.
Setelah perkara tersebut dibawa ke pengadilan, dari pengadilan satu ke pengadilan yang lain, ternyata Sutan Baringinpun kalah. Dan Baginda Mulialah yang berhak atas warisan tersebut. Setelah kejadian itu, Sutan Baringinpun jatuh sakit. Kehidupan keluarga mereka berubah drastis. Mereka yang dahulunya kaya sekarang menjadi orang yang melarat dan tak punya apa-apa. Mereka sekarang harus menempati rumah yang sangat sederhana di pinggiran sungai. Tidak lama kemudian Sutan Baringinpun pergi untuk selama-lamanya. Ia meninggal dunia dengan meninggalkan duka dan penyesalan bagi keluarganya. Kemeralatan merekapun semakin bertambah. Ibunya, Nuria sering sakit-sakitan. Dan Mariamin pun semakin hari semakin menjadi dewasa, begitu pula dengan sahabatnya, Aminuddin. Mereka brdua telah berkasih-kasihan satu sama lain.
Dan sekarang, Aminuddin harus meninggalkan sang kekasih tercintanya inin untuk pergi merantau, mencari penghidupan di negeri orang. Ia berjanji kepada Mariamin bahwa ia suatu saat akan pulang kembali kepada kekasihnya ini. Selama di perantauan mereka sering berkirim surat. Dan suatu saat, Aminuddin menuliskan surat kepada Mariamin, bahwa ia akan meminta ayahnya untuk melamar Mariamin. Mariamin sangat senang dengan kedatangan surat dari kekasihnya ini. Iapun mempersiapkan segala sesuatu keperluan untuk menerima tamu/kedatangan ayah Aminuddin di rumahnya nanti.
Tapi ayah Aminuddin berkehendak lain, ia menginginkan jodoh untuk anaknya haruslah dari orang yang berada pula dan sederajat dengan mereka. Oleh karena itu ia berusaha mencari gadis lain untuk anaknya. Tapi istrinya mendesak agar suaminya mau memenuhi permintaan anaknya. Untuk mencapai kesepakatan, maka ayah Aminuddin pergi ke Datu Naserdung untuk melihat baik buruknya apabila Aminuddin dan Mariamin menikah nanti. Ternyata Datu Naserdung mengatakan bahwa apabila mereka menikah nanti, tahun-tahun pertama mereka akan bahagia dan dikaruniai putra. Tapi nanti setelah tujuh atahun Aminuddin akan meninggal/celaka.
Mendengar hal itu, ayah Aminuddin tidak ingin anaknya menikah dengan Mariamin. Maka iapun mencari gadis lain. Dan ia menemukan seorang gadis yang sepadan dengan anaknya dan ia juga merupakan anak kepala kampong, gadis itu bernama Siregar.
Ayah Aminuddin pun member kabar kepada Aminuddin bahwa ia akan membawa calon istri Aminuddin ke tempat perantauan Aminuddin.Betapa gembiranya Aminuddin mendengan kabar tersebut. Ia menyangka bahwa Mariaminlah yang yang dibawa oleh ayahnya tersebut. Betapa hancur dan kecewanya Aminuddin setelah melihat bahwa gadis itu bukanlah kekasihnya, Mariamin. Tapi ia tidak mampu menolak permintaan ayah dan kerabatnya tersebut. Dan iapun menikah dengan gadis itu tanpa sepengetahuan Mariamin.
Mariamin tidak mengetahui bahwa Aminuddin telah menikah, iapun selalu menanti kedatangan ayah Aminuddin untuk melamarnya. Dan suatu ketika datanglah surat dari Aminuddin. Ia sangat mengenal tulisan itu, itu adalah tulisan kekasihnya, Aminuddin. Betapa hancur dan pedihnya perasaan Mariamin ketika membaca surat itu, yang memberitahukan bahwa Aminuddin telah menikah. Wajah Mariamin tiba-tiba pucat, keringat bercucuran, dan akhirnya ia jatuh tidak sadarkan diri. Mariamin pingsan.
Setelah kejadian itu Mariamin semakin hari semakin kurus. Ia sering sakit-sakitan, badannya tidak lagi terurus, wajahnya yang dahulu berseri-seri kini telah hilang sinarnya. Dan tak lama kemudian karena desakan dari ibunya, Mariaminpun menikah dengan orang yang bernama Kasibun. Setelah menikah iapun mengikuti suaminya. Perkawinan mereka tidaklah bahagia karena Kasibun telah mempunyai banyak istri, ia kasar dan ternyata memiliki penyakit kelamin. Karena tidak tahan akan perbuatan suaminya yang kasar itu, Mariamin melarikan diri dari rumah dan menuju kantor polisi untuk mendapatkan perlindungan.
Setelah itu ia kembali ke kampong halamannya. Namun saying, ibu dan adiknya tidak ia temukan di sana. Entah ke mana perginya mereka. Dan sekarang, lihatlah kuburan yang tanahnya masih baru itu….
Itulah kuburan seorang wanita yang selama hidupnya selalu penuh dan dibayangi oleh AZAB DAN SENGSARA. Itulah kuburan Mariamin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar